Tidak bisa dipungkiri, perkembangan dunia yang semakin mengarah kepada dunia digital telah menyebar ke segala aspek lini kehidupan. Pada saat ini, rasanya hampir mustahil di kehidupan manusia yang tidak terpengaruh oleh arus digitalisasi.

Dibalik keindahan dan kemajuan dunia digital bak gelombang tsunami yang menghempas daratan, masih banyak para pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami serta mencari lebih jauh informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat yang terdampak atas informasi yang asal asalan tanpa ada sumber yang konkret.


Dalam perkembangannya dunia politik pun tidak bisa menghindar dari perkembangan dunia informasi digital, banyak sekali berita yang menyebar secara cepat, terlebih pada tahun depan kita akan mencapai tahun politik dimana akan terdapat banyak sekali berita berita yang bermunculan yang sekiranya akan memberikan pengaruh kepada khalayak umum, hal tersebut mencerminkan bahwa penyebaran informasi semakin cepat dan berkembang melalui dunia digital karena penyampaian informasi yang ada bersifat murah namun dapat menimbulkan ruang konflik kepentingan.


Penyebaran berita yang cukup pesat dapat mempengaruhi pemikiran masyarakat terhadap pemilu, terkhusus generasi z, generasi z yang merupakan generasi yang segala aspek kehidupannya dikelilingi oleh teknologi digital, generasi z, yang terdiri dari berbagai individu yang lahir di kisaran antara tahun 1995-2010 dan pada saat ini telah menginjak masa remaja hingga dewasa, memiliki pandangan yang menarik terhadap permasalahan yang ada di dunia politik.


Dikutip dari perkataan Vera Itabiliana seorang psikolog anak dan remaja, ia mengungkapkan bahwa salah satu perkembangan yang dialami oleh generasi z pada saat ini adalah pada tahap pencarian dan perhatian, karena pada saat ini mereka memiliki keinginan guna menjadi bagian dari suatu bagian kelompok yang tertarik untuk mengekspresikan dan mengeksplorasi pikiran dan pendapatnya dalam dunia politik.


Dalam pandangan politik, keterlibatan generasi z dalam politik terkhusus mendekati periode pemilihan umum akan mendapatkan perhatian dari berbagai pihak. Peningkatan menggunakan akses informasi digital atau media sosial, akan memungkinkan mereka mengakses berbagai isu secara luas dalam lingkup politik atau pemilihan umum hal tersebut kerap dijadikan ajang untuk mereka bertindak dan memiliki langkah yang visioner dalam kontestasi dunia politik.


Kendati generasi z merupakan generasi yang melek digital akan tetapi pada kondisi lapangan, generasi z memandang politik sebagai suatu hal yang tidak bisa dinikmati, generasi z membuat politik menjadi sesuatu hal yang individual.

Koneksi digital telah membuat mereka terkurung dalam ruang politik yang menjadikan mereka hanya menjadi pendukung serta membuat mereka melihat sudut pandang bahwa politik telah terpolarisasi atau ter-kotak kotakan, hal seperti itu mengakibatkan putusnya hubungan sosial di dalam kehidupan nyata.

Hal tersebut dapat dinyatakan bahwa mereka lebih cenderung pasif dan hanya sekedar melihat daripada terlibat jauh dalam permasalahan politik.


Gerakan politik yang dilakukan oleh gen z dapat menunjukan wajah mereka yang bertentangan , dapat dilihat bahwa arah politik gen z cenderung memiliki sikap yang bias. Karena hal tersebut berkaitan dengan fakta bahwa sebagian generasi z masih terpengaruh oleh pilihan orang lain atau pilihan orang tuanya, mereka cenderung mengikuti pilihan ayah atau ibunya, tanpa mereka memikirkan pilihan yang mereka pilih. Gambaran tersebut dapat diartikan bahwa generasi z sebagai objek pemilih yang logis agaknya akan menjadi hal yang seakan akan menjadi kesimpulan yang tergesa gesa.

Penulis Artikel

Sofyan Hanafi

Mahasiswa Semester 5 Politeknik STIA LAN JAKARTA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *